5 kekuatan ajaib Kunci menggapai kesuksesan dunia dan akhirat
Ada lima kekuatan ajaib dalam kehidupan ini yang dapat mengantarkan
ummat Islam pada kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat. Lima hal yang
terlupakan, yang sebenarnya sudah ada rumusnya dalam ajaran agama
Islam. Kelima rumus tersebur adalah
Syukur, Ikhlas, Sabar, Istiqomah, dan
Khusnuzan.Jika lima ajaran ini dapat dipraktekan dengan benar, maka pintu kesuksesan dan kebahagiaan akan terbuka.
- Kekuatan Istiqamah
Mengapa Istiqamah?
Allah swt. Berfirman : ”Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan:”Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
(beristiqamah) meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: ”Janganlah kamu takut dan janganlah
kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat:30)
Banyak kaum muslimin dewasa ini yang hanya berhenti pada larik pertama ayat ini
: ”Tuhan kami ialah Allah” dan menyatakan pengakuan dengan
bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad saw adalah Rasul utusan Allah swt.
Namun kita jauh dari larik kedua :
”Kemudian mereka
beristiqamah meneguhkan pendirian mereka”, padahal Allah swt telah
berjanji-dan janjiNya pasti benar dan tepat adanya bahwa jika kita
istiqamah, maka malaikat akan turun menghampiri kita sembari menghibur
kita, ”Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”.
Kesedihan dan ketakutan jauh dari orang-orang yang istiqamah.
Mereka selalu riang dengan hadiah surga yang dijanjikan dan menikmati
kucuran rezeki yang tiada habisnya, sebagaimana janji Allah swt.
”Dan
bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu,
benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar. Untuk
Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling
dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya kedalam azab yang
amat berat.” (QS Jin:16-17)
Dari sinilah muncul istilah populer :
Istiqaamatu khairu min alfi karomah
”Istiqamah lebih baik daripada seribu karomah.”
Bagaimana cara Istiqamah?
Satu-satunya cara ideal dalam hal ini adalah meneladani laku
Rasulullah saw sebagai teladan bagi umatnya, sebab beliaulah orang
pertama yang menempuh jalur lurus istiqamah.
Firman Allah swt. ”Maka tetap (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS Hud:112).
Tidak hanya berhenti disitu, namun Allah swt. melanjutkan titahnya:
”dan orang yang telah taubat beserta kamu.”
Jalur istiqamah bertentangan dengan jalur thughyan (penyimpangan), sebagaimana lanjutan titah yang menjadi penutup ayat:
”dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Allah swt. sekali lagi menegaskan hal tersebut kepada RasulNya dengan firman:
”Maka karena itu serulah dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (QS Asy-Syura : 15).
Perintah ini diikuti dengan perintah untuk menjaga konsistensi, istiqamah.
”Katakanlah: ”Bahwasanya aku hanyalah seorang
manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju
kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi
orang-orang yang mempersekutukanNya.” (QS Fushshilat : 6).
- ISTIQAMAH DALAM HATI
(1) Kekuatan Niat
Diriwayatkan dari Ibnu’Abbas ra, dari Rasulullah saw sebagaimana yang
diriwayatkannya dari Tuhannya Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi,
Rasulullah saw bersabda :
”Sesungguhnya Allah menulis amal-amal
kebajikan dan amal-amal keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut;
bahwa barangsiapa yang berniat ingin melakukan suatu kebajikan, lalu ia
urung melaksanakannya, maka Allah telah mencatatnya sebagai satu
kebaikan penuh disisi-Nya, dan barangsiapa yang berniat ingin melakukan
dan benar-benar melaksanakannya, maka Allah azza wa jalla mencatatnya
disisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat.
Sementara jika ia berniat melakukan suatu keburukan (kejahatan), lalu
urung menjalankannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan penuh
di sisi-Nya, dan jika ia berniat melakukannya dan benar-benar
menjalankannya, maka Allah hanya mencatatnya sebagai satu keburukan.” (HR.Bukhari Muslim)
Niat adalah pangkal amal. Karenanya, banyak kitab hadis yang membuka
lembarannya dengan hadis populer yang dinyatakan mutawatir oleh sebagian
imam hadis :
Innamaa a’malu binnayyati wa innamaa
imriimaanawa famankaanat hijratuhu ilallahi warusulihi fahijratuhu
ilallahi warusulihi famankaanat hijratuhu ila dunya yusiibuhaa aw
imraatiyyatazawwajuhaa fahijratuhu ila maa hajara ilaihi
”Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung niat, dan
sesungguhnya setiap orang memperoleh apa yang diniatkannya. Barangsiapa
yang berhijrah demi Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya demi Allah dan
Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah demi memperoleh harta atau
demi mengawini seorang wanita, maka hijrahnya demi apa yang ia hijrahi.”
Hadis ini mengingatkan setiap mukmin untuk sebisa mungkin berniat
melakukan kebaikan di setiap waktu, sebab niat seorang mukmin lebih baik
daripada amalnya. Jika bisa mengelola dengan baik, kita bisa mengeruk
banyak sekali pahala dari niat kita, sebab bagaimanapun kemampuan kita
melakukan amal kebaikan terbatas oleh ketersediaan waktu, kemampuan
finansial, dan hal-hal teknis lainnya. Oleh karena itu, kita musti
menata hati dengan niat-niat yang baik, dan jika menemukan tendensi pada
selain Allah dalam niatnya, maka kita musti cepat-cepat meluruskannya.
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiyallahu anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda :
”Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa
yang dia niatkan. (HR.Bukhari Muslim).
Ini adalah konsep sukses luar biasa. Bagaimana agar niat membawa
hasil? Hadits ini memang sedang berbicara keikhlasan. Namun makna hadis
ini begitu luas, bisa diaplikasikan dalam bidang kehidupan lainnya.
Sebagai contoh saat sahabat Nabi saw, Abdurrahman bin’ Auf, berniat akan
mendapatkan rezeki dan pergi kepasar, maka beliau pulang dengan membawa
rezeki yang berlimpah.
Orang sukses selalu meniatkan hasil yang besar. Dia tidak suka
bertransaksi untuk hasil yang sedikit. Inilah konsep yang disebut dengan
berpikir besar. Niatkanlah hasil yang besar maka anda akan mendapatkan
sesuatu yang besar dan menjadi orang yang besar. Jangan membatasi diri
sendiri, sebab bisa jadi batas yang anda tetapkan terlalu kecil
dibanding potensi anda sebenarnya.
Niat tidak akan membawa hasil jika ada penghalang niat tersebut. Apa saja yang dapat menghalangi niat?
1. Tidak khusyu’
Seringkali orang berniat hanya di mulut saja. Niat tempatnya dihati,
di pikiran kita paling dalam. Jadi saat anda berniat cobalah benar-benar
serius sampai menghujam ke dalam hati sanubari anda.
2. Melupakan niat
Jika anda lupa dengan niat anda, artinya anda tidak serius dengan
niat anda. Jika tidak serius, bagaimana anda bisa mendapatkan apa yang
anda niatkan. Dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas sesuai dengan
apa yang dia niatkan. Salah seorang ulama mengatakan bahwa kita akan
mendapatkan sesuai dengan kadar niat kita.
3. Keraguan
Bagaimana kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan jika kita ragu?
Abdurrahman bin ’Auf pergi ke pasar diiringi niat yang mantap.
Lalu bagaimana agar niat membawa hasil sesuai dengan yang diniatkan?
1.Kejelasan niat.
Anda mau apa? Kejelasan niat sangat penting, sebab jika tidak jelas,
anda juga tidak akan mendapatkan kejelasan bagaimana meraih niat
tersebut. Jika anda mencari nafkah, niatkanlah sebagai ibadah dan
niatkan pula untuk mendapatkan rezeki yang berkah. Berkah artinya
membesar dan terus mengalir (seperti mata air).
2. Visualisasikan niat anda
Ini untuk menguji kejelasan niat anda dan mengkomunikasikan niat anda dengan semesta, pikiran bawah sadar, dan tubuh.
3. Berdo’alah
Untuk mendapatkan niat tersebut dengan penuh keyakinan. Siapa yang berdo’a dengan yakin, maka Allah akan mengabulkan do’anya.
4. Bertawakallah kepada Allah
Anda sudah punya niat, anda sudah berdo’a maka selanjutnya anda
bertawakal kepada Allah agar anda diberi petunjuk, dibantu oleh Allah
dengan menampakkan apa saja yang kita perlukan, mendekatkan kita dengan
orang yang akan membantu kita, memperlihatkan peluang dihadapan kita,
dan mengalihkan ide brilian di kepala kita.
5. Bertindaklah dengan cepat dan dengan penuh determinasi
Pernahkah anda mempunyai ide tetapi didahului oleh orang lain? Karena
mereka bertindak lebih cepat dan penuh determinasi dalam mewujudkan ide
mereka yang kebetulan sama dengan anda. Oleh karena itu, saat anda
memiliki ide, peluang begitu terbuka, sumber daya menghampiri anda,
bertindaklah dan terus bertindak dengan kecepatan tinggi. Anda tidak
perlu mengetahui rencana ke depan secara detil dan lengkap. Jika anda
tahu apa yang harus anda lakukan sekarang, maka lakukanlah, itu sudah
cukup. Anda akan mendapatkan petunjuk lagi setahap demi setahap.
Niat dalam bahasa populer adalah visi, atau lebih tepatnya adalah keinginan.
Muhammad Ali mengatakan bahwa sang juara dihasilkan dari keinginannya yang mendalam
(kuat),
Dennis Waitley mengatakan bahwa pemenang selalu akan mengatakan ”saya akan” dan ”saya bisa”.
Niat itu pekerjaan pikiran. Memang tidak nyata tetapi akan membawa
dampak yang luar biasa bagi kehidupan anda jika di pikiran anda sudah
terkondisikan seperti yang dijelaskan diatas.
Kita sudah diberitahu oleh Rasulullah saw sejak 15 abad yang lalu.
Namun sayang banyak diantara kita yang melupakan kekuatan niat untuk
sukses di dunia. Marilah kita manfaatkan kekuatan niat untuk meraih
kebaikan di dunia dan di akhirat serta terbebas dari api neraka.
Hubungan Niat dan Ikhlas
Allah swt berfirman :
”Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia
dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan
dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS Huud : 15-16)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallahu ’alaihi wasallam bersabda :
Sesungguhnya orang yang pertama kali
diputuskan perkaranya di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid
di jalan Allah, maka dia didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya segala
nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, lalu ia mengenalinya,
maka Allah berkata kepadanya: apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat
ini? Maka orang ini menjawab: aku berperang di jalan-Mu sampai mati
syahid, maka Allah berkata: kamu berdusta, akan tetapi kamu berperang
agar dikatakan bahwa kamu adalah seorang pemberani, dan yang sedemikian
itu telah diucapkan (kamu telah dipuji-puji sebagai imbalan apa yang
telah kamu niatkan) maka diperintahkan supaya dia diseret diatas mukanya
sampai dilemparkan di api neraka, dan seseorang yang mempelajari ilmu
dan mengajarkannya, dan menghapal al-Qur’an, lalu ia didatangkan dan
diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya
di dunia, maka diapun mengenalinya, maka dikatakan kepadanya: apa yang
telah kamu lakukan dengan nikmat ini? Maka dia menjawab: aku mempelajari
ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan membaca al-Qur’an
untuk-Mu. Maka Allah berkata: kamu berdusta, kamu belajar dengan tujuan
agar engkau seorang alim, dan engkau membaca/menghapal al-Qur’an supaya
dibilang engkau seorang penghapal/pembaca al-Qur’an yang baik, dan semua
itu sudah dikatakan (kamu telah mendapatkan pujian yang kamu harapkan
sebagai imbalan niatmu) lalu diperintahkan agar dia diseret diatas
mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka, dan seseorang yang Allah
berikan kepadanya keluasan rizki dan diberikan kepadanya segala macam
harta, lalu dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat
yang telah diberikan kepadanya dan dia mengenalinya, maka Allah berkata
kepadanya: apa yang kamu kerjakan dengan nikmat ini? Maka dia menjawab:
aku membelanjakan harta itu dijalan Allah, maka Allah berkata: kamu
berdusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar kamu dibilang bahwa kamu
adalah seorang dermawan dan yang sedemikian itu telah dikatakan (kamu
telah mendapat pujian tersebut di dunia sebagai imbalan dari niatmu itu)
lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia
dilemparkan ke api neraka. (HR.Muslim)
-Majidah Iffat Ananda/Ibhe Ananda-